UPAYA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEBAHASAAN DAN KESUSASTRAAN DI DAERAH


Oleh Masnur Muslich
(Diadaptasikan dari tulisan IGN Oka)

Permasalahan Konsepsional
Pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan yang kita laksanakan di tanah air kita adalah salah satu bagian integral dari pembangunan nasional di bidang pendidikan dan kebudayaan. Lewat pembinaan dan pengembangan ini, kita melaksanakan kegiatan-kegiatan mengolah keseluruhan jaringan masalah kebahasaan dan kesusastraan dalam kehidupan bangsa kita yang terjalin dari (1) masalah kebahasaan dan kesusastraan Indonesia, (2) masalah kebahasaan dan kesusastraan daerah, dan (3) masalah penggunaan dan pemanfaatan bahasa-bahasa asing tertentu, seperti misalnya bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Sanskerta, dsb.. Tujuan yang ingin kita capai dalam hubungan ini adalah suatu perangkat tujuan yang kita rancang dengan semangat Orde Baru yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, khususnya yang dimaksudkan oleh (1) bagian Pembukaan UUD 1945, (2) Bab XIII pasal 31 dan pasal 32, dan (3) Bab XV pasal 36. Adapun perangkat tujuan yang dimaksudkan meliputi dua kelompok tujuan yang saling berhubungan, yaitu pertama tujuan bina bangsa dalam hubungannya dengan bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah, dan bahasa-bahasa asing tertentu; dan kedua tujuan bina bahasa dengan sasaran bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah, dan bahasa-bahasa asing tertentu. Tujuan yang pertama ialah membina seluruh rakyat Indonesia agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap berikut.
1)Pengetahuan yang sahih tentang (a) kedudukan, fungsi, dan nilai bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah, dan bahasa-bahasa asing tertentu, (b) sistem dan struktur masing-masing bahasa dan kesusastraan itu, dan (c) problematik pemakaian masing-masing bahasa dan kesusastraan itu.
2)Keterampilan hakikat yang memadai dalam (a) menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi (bertutur, menyimak, membaca dan menulis), sebagai alat bernalar/berpikir, dan sebagai alat memandang masalah-masalah kehidupan, dan (b) mengapresiasi serta memanfaatkan karya-karya sastra Indonesia. Keterampilan hakikat yang sama juga dibina pada putra-putra daerah dalam hubungannya dengan bahasa dan kesusastraan daerahnya yang masih dipeliharanya baik-baik. Dan keterampilan hakikat dalam bahasa asing dibatasi pembinaannya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat teknis.
3)Sikap yang positif terhadap bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah yang berupa (a) rasa bangga memilikinya, (b) dorongan menghormatinya, (c) setia menggunakannya dengan baik dan benar, dan (dengan) merasa prihatin akan perlakuan-perlakuan terhadapnya yang kurang pada tempatnya.
Tujuan yang kedua ialah membina bahasa dan kesusastraan Indonesia sehingga bahasa Indonesia (termasuk kesusastraannya) memiliki karakterisasi berikut.
1)Utuh dan padu sebagai satu bahasa tersendiri dengan perangkat ciri yang secara khas menandai serta membedakan eksistensinya dari bahasa-bahasa lain.
2)Tetap bertahan dan terpelihara sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Negara atau Bahasa Resmi, dan Bahasa Kebudayaan Nasional.
3)Memiliki kebakuan serta daya wadah dan daya ungkap yang akurat sebagai alat komunikasi.
4)Tersebar luas di seluruh wilayah tumpah darah Indonesia.
5)Terpakai dalam berbagai bidang kehidupan oleh setiap lapisan masyarakat.
Tujuan yang sama juga terdapat pada pembinaan bahasa dan kesusastraan daerah, hanya saja dalam versi yang khusus. Pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan yang telah dilaksanakan dalam setiap era pembangunan, ternyata membuahkan hasil-hasil yang cukup menggembirakan. Namun di balik keberhasilan ini tidak sedikit pula kekurangan-kekurangan serta hambatan-hambatan yang kita hadapi. Termasuk kekurangan kita dalam hubungan ini ialah:
(1)menetapkan lingkup serta menjabarkan secara akurat tujuan-tujuan tahapan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan dari tujuan umum yang sudah jelas, sehingga berupa sistematika tujuan yang teramati dan terukur pencapaiannya;
(2)merancang program-program pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan yang bermutu, relevan, terpadu, efektif, dan efisien;
(3)memanfaatkan sumber-sumber langsung atau tidak langsung yang tersedia;
(4)menggalang kerjasama, partisipasi, dan integrasi;
(5)memotivasi pengabdian (dedikasi) dan prestasi.
Adapun jenis-jenis hambatan yang signifikan dalam hubungan ini adalah sebagai berikut:
1)Rumit dan uniknya masalah kebahasaan dan kesusastraan di tanah air kita.
2)Besarnya jumlah rakyat Indonesia yang harus kita bina, lagi pula tersebarnya mereka di wilayah yang sangat luas.
3)Keterbatasan-keterbatasan kita dalam (a) informasi lapangan yang dapat dipercaya, (b) tenaga, kemampuan dan keahlian/pengalaman, (c) dana, fasilitas, dan sarana pelancar lainnya, dan (d) semangat dan pengabdian.
4)Masih cukup banyaknya rakyat kita belum memiliki pengertian yang baik tentang pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan. Malahan tidak sedikit pula yang bersikap dan bertindak tidak simpatik terhadap gerakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan.
5)Kurang merangsangnya bidang pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan dari segi sosial dan ekonomi, lebih-lebih lagi dalam kecenderungan masyarakat yang berfikir sekular.
Berdasarkan kajian terhadap hakekat, kedudukan dan fungsi, dan tujuan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di satu pihak, dan kajian terhadap kekurangan-kekurangan kita serta hambatan-hambatan yang kita hadapi dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan itu di pihak lain, maka secara konsepsional permasalahan yang kita hadapi pada dasarnya berkisar pada:
1)masalah ketajaman program pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan kita;
2)masalah pengelolaan pelaksanaan program itu;
3)masalah dedikasi dan motivasi dalam melaksanakannya;
4)masalah penggalangan kerjasama, partisipasi, dan integrasi dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan;
5)masalah sumber informasi lapangan yang dapat dipercaya.

Permasalahan Operasional
Pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional di bidang pendidikan dan kebudayaan telah dilaksanakan pula di daerah-daerah propinsi, termasuk Jawa Timur (Jatim). Hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaannya selama ini dalam banyak hal cukup menggembirakan. Malahan – khusus kasus Jatim – jika dibandingkan dengan hasil-hasil daerah lain, Jatim termasuk barisan yang berhasil baik. Walaupun demikian, Jatim menghadapi pula beraneka ragam persoalan dalam melaksanakan pembinaan kebahasaan dan kesusastraan di wilayahnya, dan di tengah-tengah kehidupan warga masyarakatnya.
Permasalahan operasional yang dihadapi daerah pada dasarnya di sekitar (1) masalah lapangan, yaitu kondisi objektif daerah dan masyarakatnya, (2) masalah ketenagaan, (3) masalah kelembagaan, (4) masalah kebijakan, dan (5) masalah prasarana dan sarana penunjang/pelancar. Problematik tentang kelima masalah ini akan dipaparkan pada bagian-bagian uraian berikut.

Masalah lapangan
Daerah Jatim, misalnya, tempat kita melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan tergolong daerah yang relatif luas arealnya. Di samping pulau Jawa Bagian Timur sebagai intinya, daerah Jatim meliputi pula pulau Madura dan sejumlah pulau-pulau kecil lainnya. Keadaan alam dan lingkungan Jatim dalam banyak hal sering kali menghambat kelancaran jalannya pembangunan, lebih-lebih lagi kalau dihubungkan dengan kondisi transportasi dan sarana komunikasi yang belum boleh dikatakan baik, terutama untuk mencapai daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dan kota-kota.
Di daerah yang relatif luas ini bermukim penduduk yang jumlahnya hampir mendekati 30 juta jiwa. Penyebaran permukimannya tidak merata. Demikian pula status sosial ekonominya dan tingkat pendidikannya beragam-ragam keadaannya dengan kondisi kebanyakan berada di bawah semestinya. Malahan tidak sedikit yang keadaan sosial ekonominya berada di bawah garis kemiskinan dan tidak pernah mengikuti pendidikan formal. Selain daripada itu, rakyat Jatim berdiri dari bermacam-macam suku bangsa dengan suku Jawa dan Madura yang terbanyak/terbesar. Dalam suasana-suasana kedaerahan dan kesukuan, tiap suku bangsa dengan suku Jawa dan Madura yang terbanyak/terbesar. Dalam suasana-suasana kedaerahan dan kesukuan, tiap suku bangsa ini masih berorientasi pada nilai-nilai kebudayaan sukunya yang antara lain berupa adat, tradisi, kepercayaan, dsb.. Sejalan dengan keanekaragaman suku ini, di daerah Jatim terdapat pula bermacam-macam bahasa dan kesusastraan daerah (Jawa, Madura, Osing, Tengger, dan suku-suku perantauan lainnya). Masing-masing bahasa daerah ini bagi masyarakat pemiliknya merupakan sesuatu yang bernilai dan berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan suku, (2) lambang identitas suku, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat suku. Ikatan masing-masing suku dengan bahasa daerahnya demikian kuatnya sehingga tampak jelas jejaknya pada bahasa Indonesia yang mereka pakai.
Selain masyarakat suku, di daerah Jatim, terutama di kota-kota, bermukim pula WNI keturunan Cina. Jumlah mereka ini realtif besar. Secara sosiokultural, mereka memiliki identitas-identitas tersendiri pula. Demikian pula bahasa yang mereka pakai, yaitu bahasa Indonesia dialek Cina, pada dasarnya merupakan kenyataan lapangan yang tidak bisa diingkari adanya.
Kondisi lapangan Jatim seperti yang dipaparkan di atas, dalam banyak hal merupakan permasalahan tersendiri yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim. Setidak-tidaknya, kondisi lapangan ini harus dimanfaatkan demikian rupa sehingga dia tidak tampil sebagai penghambat semata.

Masalah Ketenagaan
Tenaga-tenaga untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim yang tersedia sekarang boleh dikatakan sangat terbatas jumlahnya. Dari jumlah yang tidak banyak ini, sedikit sekali yang betul-betul ahli dalam masalah pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah. Beban kerja mereka kebanyakan telah melampaui batas. Banyak pula di antara mereka ini yang harus menyelesaikan tugas-tugas di luar bidang kekaryaannya.
Kondisi ketenagaan yang serba kurang dipertemukan dengan tugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim dengan permasalahannya yang demikian luas, rumit, dan uniknya, sulit dibayangkan akan berlangsungnya pelaksanaan tugas yang lancar. Lebih sulit lagi dibayangkan akan tercapainya hasil yang baik.

Masalah Kebijakan
Untuk mengolah keseluruhan jaringan masalah kebahasaan dan kesusastraan di Jatim yang terjalin dari (1) masalah bahasa dan kesusastraan Indonesia, (2) masalah bahasa dan kesusastraan daerah (Jawa, Madura, Osing, Tengger, dsb.), dan (3) pemanfaatan dan penggunaan bahasa-bahasa asing tertentu, suatu pola kebijakan sangat diperlukan. Jatim sampai sekarang belum memilikinya. Kalau toh ada, sangatlah kecil dan jauh dari harapan. Akibatnya dapat diduga. Para pelaksana pembina dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di Jatim tidak memiliki acuan dan panduan operasional dalam merancang dan melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, hasil-hasil yang dicapainya sering tidak relevan dengan pola dan tujuan pembangunan di Jatim. Gejala kurang baik seperti yang terakhir ini akan dapat diminimalkan, jika Jatim telah menggariskan secara jelas dan tegas pola kebijakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan, lewat Balai Bahasa yang telah dimiliknya.

Masalah Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim selama ini cukup banyak mengalami hambatan akibat kekurangan-kekurangan/kelemahan-kelemahan dalam bidang prasarana, sarana, dan faktor-faktor pelancar/penunjang lainnya. Termasuk ke dalamnya adalah kekurangan/kelemahan berikut.
1.Informasi lapangan yang dapat dipercaya tentang masalah kebahasaan dan kesusastraan di kawasan Jatim. Informasi yang demikian ini terbatas sekali adanya karena penelitian terhadap masalah kebahasaan dan kesusastraan belum cukup banyak dilakukan.
2.Tempat (gedung), ruang, dan peralatan yang tersedia selama ini boleh dikatakan belum memenuhi persyaratan, lebih-lebih lagi jika mau dipenuhi persyaratan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
3.Partisipasi dan integrasi kebanyakan rakyat terhadap kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan belum memadai keadaannya. Persepsi mereka terhadap kegiatan ini agaknya masih kabur.
4.Dedikasi dan motivasi.
Dedikasi kebanyakan pelaksana pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di Jatim boleh dikatakan belum tinggi. Demikian pula pada umumnya di kalangan rakyat dalam mengikuti kebijakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan. Sejalan dengan gejala negatif ini, motivasi yang dikembangkan belum cukup kuat mendorong/merangsang.
5.Koordinasi.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di Jatim tampak gejala bahwa belum tergalang koordinasi yang baik. Gejala ini misalnya terlihat pada bertumpangtindihnya bidang tugas, berulangkalinya dipermasalahkan persoalan yang sama, terlampauinya pihak-pihak yang berkewenangan, dsb.
Selain dari kelima faktor tersebut di atas, pelancar/penunjang yang sangat besar pengaruhnya namun tersedianya sangat minim ialah dana. Alokasi dana yang khusus disediakan untuk usaha, upaya, kegiatan, dan maksud-maksud baik yang lain utuk pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di Jatim relatif sangat kecil.
Demikianlah sejumlah permasalahan operasional yang dihadapi dalam pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim.

Kebijakan Pilihan
Berdasarkan kajian terhadap permasalahan konsepsional dan permasalahan operasional seperti yang dipaparkan di muka, bermacam-macam kebijakan yang dapat digariskan untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di wilayah Propinsi Jawa Timur. Walaupun demikian, hanya sejumlah kebijakan saja yang patut ditetapkan untuk waktu-waktu mendatang. Pembatasan jumlah dan jenis kebijakan ini perlu dilakukan dengan pertimbangan terhadap (1) perlunya kesinambungan antara kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan dalam pembangunan sebelumnya, (2) harapan akan hasil nyata yang bisa dicapai dalam pembaungan mendatang, dan (3) kesadaran akan berbagai keterbatasan untuk melaksanakannya, seperti misalnya keterbatasan dalam masalah tenaga, keahlian, kesempatan, dana, fasilitas, dan faktor-faktor penunjang relevan lainnya. Oleh karena itu, jenis-jenis kebijakan pilihan yang diperkirakan tepat untuk pembangunan mendatang adalah kebijakan-kebijakan yang memandu kegiatan-kegiatan yang disajikan berikut.
Pertama, macam-macam kegiatan yang memperkaya sumber informasi kebahasaan dan kesusastraan. Berikut ini termasuk ke dalam lingkup kegiatan ini.
1)Penelitian
Penelitian terhadap masalah kebahasaan dan kesusastraan dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur yang sudah dilaksanakan perlu dilanjutkan dengan memperluas sasaran penelitian dan memperdalam pengkajian. Dengan demikian akan tersedia sumber-sumber informasi masalah kebahasaan dan kesusastraan yang dibutuhkan untuk menyusun macam-macam program operasional pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di bidang pendidikan dan kebudayaan.
2)Perekaman dan Pemetaan
Perekaman kesusastraan lisan dan pemetaan jenis-jenis dan ragam-ragam bahasa yang ada di kawasan Jawa Timur perlu dilanjutkan dan diperluas serta ditingkatkan mutunya. Rekaman dan peta yang dihasilkan akan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi pihak-pihak yang membutuhkan untuk pembangunan.
3) Publikasi
Publikasi adalah sumber informasi yang paling sahih. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan publikasii hasil-hasil penelitian, perekaman, pemetaan masalah kebahasaan dan kesusastraan di kawasan Jawa Timur sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber acuan dalam penyusunan program pembangunan di bidang pendidikan.
Kedua, mengembangkan macam-macam program yang secara langsung atau tidak membina pengetahuan, keterampilan hakikat, dan sikap warga masyarakat Jawa Timur dalam berhubungan dengan masalah kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah, dan dengan bahasa-bahasa asing tertentu. Macam-macam program yang tepat dikembangkan dalam pembangunan mendatang adalah sebagai berikut.
1)Program penataran bahasa dan kesusastraan Indonesia untuk meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan hakikat bahasa Indonesia, pengetahuan dan kemampuan mengapresiasi karya sastra Indonesia, dan untuk mempositifkan sikap masyarakat terhadap bahasa dan kesusastraan Indonesia. Program yang sama patut pula dikembangkan pada bahasa dan kesusastraan daerah, terutama untuk masyarakat daerah yang masih memelihara bahasa dan kesusastraannya. Sedangkan untuk bahasa dan kesusastraan asing, program penataran yang patut dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan teknis yang mendesak.
2)Program penyuluhan bahasa dan kesusastraan.
Program ini dimaksudkan untuk meneruskan kebijakan-kebijakan bahasa dan kesusastraan, seperti misalnya pemakaian EYD, penyusunan istilah, penjelasan tentang karya sastra terlarang, dll.
3)Program penyebarluasan bahasa dan kesusastraan Indonesia. Program ini merupakan realisasi dari usaha memberantas buta bahasa Indonesia.
4)Program partisipasi terhadap gerakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, termasuk kesusastraannya. Program ini dapat diwujudkan berupa pertemuan-pertemuan (diskusi, seminar, sarasehan, dsb.) ataukah dengan memberi peluang memainkan peranan tertentu dalam jenis-jenis kegiatan yang termasuk lingkup gerakan pembinaan bahasa Indonesia.
5)Program penghargaan prestasi bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah. Program ini hendaknya mengembangkan media, forum, atau wadah yang memberi peluang kepada warga masyarakat memperoleh penghargaan yang patut terhadap prestasinya mengintegrasikan diri dengan pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia dan daerah.
Ketiga, meningkatkan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah. Kerja sama ini perlu digalang lewat suatu program yang terencana dan terarah, dengan koordinasi Balai Bahasa Jawa Timur.
Keempat, mengembangkan usaha yang memotivasi masyarakat umumnya dan karyawan khususnya untuk mempelajari bahasa dan kesusastraan Indonesia. Usaha ini antara lain dapat diwujudkan dengan menetapkan pengetahuan dan penguasaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai persyaratan promosi atau persyaratan penerimaan sebagai karyawan. Usaha yang sama dapat pula dilakukan terhadap bahasa daerah dan bahasa asing tertentu dalam batas-batas kebutuhan khususnya.
Demikianlah empat perangkat usaha dan kegiatan yang patut diprogramkan sebagai macam-macam kebijakan pilihan untuk melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan di daerah Jawa Timur dalam pembangunan mendatang. Keempat perangkat usaha dan kegiatan tersebut di atas, tidak terlepas hubungannya satu dengan yang lainnya. Kesemuanya saling bertautan dalam satu keutuhan yang harus diprogramkan serempak dalam satu tahapan pembangunan.
Akhirnya, selain dari perangkat permasalahan yang telah dipaparkan di muka, masih banyak lagi permasalahan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah yang belum sempat disajikan dalam uraian ini, lebih-lebih lagi kalau yang diinginkan sebuah sistematika identifikasi permasalahan yang menyeluruh, lengkap, dan terinci. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh identifikasi permasalahan yang agak lengkap tentang pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim disarankan tiga tahapan kerja sebagai berikut.
1)Membentuk sebuah tim kecil (ad hoc) dengan tugas pokok melaksanakan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim.
2)Mengevaluasi hasil survai tim kecil dalam suatu seminar khusus yang dihadiri oleh ahli-ahli bahasa, guru-guru bahasa, dan pejabat yang secara langsung terlibat dengan masalah kebahasaan dan kesusastraan di kawasan Jatim.
3)Menyusun sistematika identifikasi permasalahan pembinaan dan pengembangan kebahasaan dan kesusastraan Indonesia dan daerah di Jatim dalam suatu lokakarya khusus terbatas dengan memanfaatkan hasil survai tim kecil dan hasil seminar evaluasi di atas.

0 komentar: