Effective Teaching

Dalam implementasi kurikulum di sekolah/lembaga pendidikan haruslah memperhatikan beberapa hal/variabel agar kegiatan yang dilakukan berjalan dengan baik untuk mencapai keefektifan dalam pengajaran yang dilaksanakan. Guru seharusnya mengadakan persiapan-persiapan yang matang sebelum melaksanakan pengajaran dikelas.
Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara, dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran, dengan presentasi waktu belajar akademis, dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif, atau hukuman. Sehingga persyaratan utama bagi efektivitas pengajaran yang tampak di sekolah-sekolah adalah:
1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi yang dicurahkan terhadap kandungan akademis.
2. Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa
3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan
4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan fositif
5. Mengembangkan struktur kelas yang mendukung poin 2, tanpa mengabaikan poin 4.

Pengajaran yang efektif tidak menuju pada suatu “metode” pengajaran tertentu. Pengajaran yang diatur secara informal yang menunjukan rata-rata keterlibatan waktu belajar akademis yang tinggi dapat dianggap sebagai pengajaran yang efektif. Efektivitas pengajaran, tidak hanya dilihat dari metode itu sendiri, tetapi derajat tinggi-rendahnya, dan proporsi waktu belajar akademis yang dihasilkan oleh metode tersebut, hal ini diberinama pengajaran langsung.

Pola pengajaran langsung ditemukan dari beberapa penelitian independen, bercirikan kelas yang siswanya yang lebih berhasil, dan mereka merasa senang terhadap sekolah, tapi perlu diingat bahwa bukan hanya satu pola pengajaran yang efektif, tapi mungkin masih banyak pola-pola lain yang efektif.


A. Strategi yang mendukung pengajaran yang efektif


Unsur utama dalam pengajaran yang efektif adalah, usaha guru untuk melibatkan siswa secara tepat terhadap suatu mata pelajaran, dengan presentasi keterlibatan siswa yang tinggi dari waktu yang tersedia, dengan mempertimbangkan strategi mengajar yang mendukung terciptanya suasana belajar yang akrab dan ramah.


Rosenshine dan Frust (1971) mengidentifikasikan pengajaran yang efektif kedalam lima variabel proses guru yang memperlihatkan keajegan hubungan dengan pencapaian, yakni:
1. kejelasan dalam penyajian
2. kegairahan mengajar
3. ragam kegiatan
4. perilaku siswa dalam melaksanakan tugas dan kecekatannya
5. kandungan bahan pelajaran yang dapat diliput siswa.


Jadi jelaslah bahwa pengajaran yang efektif sangat berkaitan dengan pengelolaan kelas yang efektif pula. Sehingga guru yang efektif adalah pengelolaan yang efektif terhadap perilaku siswa dalam artian yang baik.


Ada dua dasar pendekatan dalam pengajaran, yaitu (1) pendekatan teacher-centerd, dan (2) pendekatan student centered.

1. Pendekatan Teacher-Centered


Pendekatan teknik ini lebih banyak menekankan pada direct instruction, pengajaran dedukatif atau pengajaran expository. Metode pengajaran ini, guru mengontrol apa yang diajarkan dan bagaimana seharusnya siswa mempelajari pelajaran yang diberikan.
Pendekatan Teacher-Centered ini digunakan apabila kurangnya motivasi belajar siswa yang dimiliki, untuk itu guru harus berperan aktif untuk kelancaran KBM yang dilaksanakan, ini juga bertujuan untuk menumbuhkan/meningkatkan motivasi belajar siswa yang rendah menjadi lebih tinggi.


2. Pendekatan Student-Centered


Teknik ini juga sering disebut sebagai discovery learning, inductive learning atau inquiry learning. Peran dalam pembelajaran lebih banyak berfokus pada siswa. Dalam pengajaran teknik ini, kita tetap membuat rancangan pembelajaran tetapi mengurangi kontrol (kontrol tidak melebihi apa dan bagaimana siswa belajar) terhadap siswa.
Pendekatan Student-Centered ini digunakan apabila motivasi belajar siswa terlihat tinggi, guru berperan sebagai penyeimbang, pengamat, pengarah, serta sebagai pelurus apa saja yang sedang dibahas oleh kelas.
Tidak ada strategi pengajaran yang paling baik dari strategi pengajaran yang lainnya, jadi kita harus membuat (menggunakan) strategi pengajaran yang bervariasi dan membuat keputusan yang rasional dan tepat tentang kapan suatu strategi pengajaran lebik effektif untuk diterapkan.


Pendekatan apapun yang digunakan dalam pengajaran, yang paling penting adalah menyangkut beberapa hal dibawah ini:
1. Fokus harus pada pembelajaran daripada pengajaran
2. Memfasilitasi pembelajaran (mengajak/memancing agar siswa berfikir)
3. mencari cara /merancang agar siswa terbawa dalam pelajaran atau kegiatan
4. membuat situasi pembelajaran yang positif agar semua siswa berusaha menjawab pertanyaan (memecahkan permasalahan).
5. Membantu siswa belajar bagaimana belajar itu sesungguhnya


B. Strategi untuk effective teaching


Ada beberapa strategi yang dijalankan demi tercapainya pengajaran yang efektif, strategi itu adalah  sebagai berikut.


1. Menggunakan Direct Instruction


Direct instruction adalah satu istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan suatu variasi dari beberapa teknik pengajaran kelas expository. Strategi ini menggunakan teknik pendekatan teacher-centered dalam menyampaikan pesan pelajaran.


Meskipun pola umum pengajaran yang efektif memiliki derajat kesahihan dan penerapan secara umum, tetapi tidak berarti dapat diterapkan dengan cara yang sama bagi semua siswa dan semua lingkungan pendidikan.


Ada 4 bentuk ragam yang utama dari tema pokok pengajaran langsung, yang cukup dikenal dengan pertimbangan-pertimbangan yang menjamin. Pengajaran yang efektif ini semakin dipelajari, kita akan semakin melihat kedepan, dan semakin memahami adanya berbagai bentuk ragam, ke empat pertimbangan itu adalah:
1. status perkembangan anak
2. kecerdasan dan keterampilan siswa
3. status social ekonomi siswa
4. mata pelajaran yang dipelajari


Keempat bentuk ragam tersebut saling berinteraksi, sehingga menjadikan pengajaran semakin kompleks. Bentuk ragam tersebut biasanya tidak jelas, tetapi cenderung tampak diantara kelompok siswa. Untuk menangani kecenderungan tersebut, diperlukan strategi yang menunjang efektivitas pengajaran dengan memperhatikan kelompok siswa yang kecerdasan dan ketrampilannya lemah, yang secara pendidikan tidak menguntungkan siswa yang kurang dewasa, kesemuanya memerlukan penanganan dengan pola ketaatan disiplin yang keras dalam melaksanakan pengajaran langsung dengan lebih memperhatikan terciptanya suasana bimbingan yang lebih positif.


Kalau semua siswa dalam menuju ke kedewasaannya mengikuti saluran tersebut, dari status awal yang tidak menguntungkan, menuju ke tingkat ketrampilan yang lebih tinggi, maka bagaimanapun tingkat kecerdasan dan ketrampilan yang dapat mereka peroleh, mereka cenderung dapat memanfaatkan secara bertahap melalui pelajaran yang semula berpusat kepada guru dan terkendali. Manfaat yang mereka peroleh tersebut secara umum dikarenakan pengajaran yang menyeluruh. Pengajaran yang menyeluruh adalah pengajaran inkuiri dan pengajaran penemuan, dan pengajaran dengan strategi yang tidak terlalu formal.


2. Menggunakan teknik diskusi


Teknik ini digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi secara bersama-sama, dengan membangun diri individu siswa agar mau mendengarkan pendapat orang lain serta bersama sama memutuskan apa yang paling tepat terhadap permasalahan yang dihadapi.


3. Menggunakan teknik group work


Suatu kelas dibagi berkelompok-kelompok agar siswa dapat membangun kebiasaan bekerjasama dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.


4. Menggunakan teknik cooperative learning


Teknik ini sebenarnya hampir sama dengan diskusi dan group working, dimana dituntut kerjasama yang baik dari setiap individu siswa agar permasalah terpecahkan secara baik dan menumbuhkan sikap kebersamaan.
Terdapat beberapa alasan metode ini dijadikan sebagai bentuk praktek belajar yang utama, yakni dapat meningkatkan prestasi siswa seperti dalam perbaikan pemahaman antar anggota grup melalui interaksi yang terjadi.
Inti dari belajar kooperatif (Slavin:1983), yakni: group siswa yang terdiri dari empat orang siswa berusaha menguasai pelajaran dan mempresentasikannya kepada guru dan teman-temannya dari group lain, guru menjelaskan pelajaran kemudian memberi waktu kepada siswa untuk mengerjakan bersama groupnya, kemudian siswa diberi Quiz, setelah itu dinilai dan group yang memenuhi kriteria diberikan penghargaan.


Terdapat 5 metode belajar kooperatif:


1. Student Teams-Achievement Division (STAD)


Siswa dikumpulkan ke dalam kelompok yang hiterogen, setelah guru menyampaikan pelajaran, siswa bekerja dalam timnya untuk menguasai pelajaran kemudian setiap orang mengikuti quiz sendiri, nilai quiz siswa dibandingkan dengan rata-rata nilai yang lalu.


2. Team Geames-Tournamen (TGT)


Dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards.
Metodenya sama dengan STAD namun mengganti quiz dengan pertandingan mingguan dimana siswa memainkan permainan pelajaran dengan anggora tim lain untuk memberi nilai pada tim


3. Jigsaw


Setiap anggota tim diacak dan diberi tugas agar menjadi ahli pada beberapa bidang, kemudian mereka diberi quiz atau tugas lain untuk setiap topik.


4. Team Accelerated Instruction (TAI)


TAI didesain khusus untuk mengajar matematika pada tingkat 3 sampai dengan 6


5. Cooperatif Integrated Reading and Compotition (CIPC)


Metode ini merupakan program komprehensive untuk mengajar membaca dan menulis bagi siswa tingkat dasar, atas, dan menengah baik pembaca baru maupun dasar.


5. Menggunakan teknik problem solving


Guru memberikan suatu gambaran dan mengarahkan suatu permasalahan yang sedang terjadi kemudian siswa aktif dalam mencari solusi terbaik bagi masalah yang dihadapi.


Pemecahan masalah bukan perbuatan yang sederhana, akan tetapi lebih kompleks dari pada yang diduga. Pemecahan masalah memerlukan keterampilan berfikir yang banyak ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsi, menganalisis, mengklarifikasi, menafsirkan, mengkritik, meramal, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan diolah.


Ada beberapa pendekatan-pendekatan dalam Problem Solving, yaitu:

1. Pendekatan reaktif Pendekatan ini terdapat dalam situasi dimana seseorang tiba-tiba dihadapkan dengan masalah yang harus segera diputuskan.
Pemecahan masalah yang reaktif tidak mempunyai banyak alternatif karena waktu sangat terbatas untuk mempertimbangkan konsekwensinya.

2. Pendekatan antisipatif
Berpartisipasi melihat masalah sewaktu mulai berkembang lalu ia secara sistematis memikirkan seperangkat alternatif lalu memilih salah satu diantaranya yang diduga serasi dengan permasalahan yang dihadapi.

3. Pendekatan reflektif
Mengambil waktu untuk memikirkan suatu masalah secara mendalam, menganalisis semua komponennya sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan yang akan diambil.


4. Pendekatan implusif
Bertindak implusif dalam menghadapi masalah, dengan lebih banyak menggunakan instingnya.

Pendekatan dalam poin 1 dan 2 bertalian dengan waktu, sedangakan pendekatan dalam poin 3 dan 4 bertalian dengan kedalaman analisis.


Langkah-langkah dalam Problem Solving (Bruce Joyce), yakni:
1. Mengetahui situasi atau kejadian dalam suatu masalah
2. Menangani masalah dalam langkah-langkah yang tepat
3. Menentukan semua langkah-langkah
4. Menentukan batas permasalahan
5. Mengadakan analisis masalah
6. Mengumpulkan data berkaitan dengan tugas masing-masing
7. Mengevaluasi data
8. Mengumpulkan data dan menarik suatu korelasi
9. Membuat generalisasi
10. Mempublikasikan hasil dari penyelidikan


6. Menggunakan teknik student reseach

Siswa diajak untuk mencari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi secara sistematis dan terencana agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan oleh diri individu siswa.


7. Menggunakan teknik feformance activities


Siswa diajak dalam kegiatan real (nyata) agar siswa lebih dapat memahami tentang permasalahan yang sedang dihadapi, teknik ini biasa juga disebut dengan learning by doing.

0 komentar: